Bila berbicara tentang lahan kering tentu berkaitan dengan ketersediaan air yang terbatas dalam kurun waktu tertentu. Di Nusa Tenggara Timur (NTT) luas lahan pertanian di dominasi oleh lahan kering, luas lahan kering ± 1,5 juta Ha sedangkan luas lahan basahnya hanya 127. 308 Ha. Pada umumnya curah hujan di NTT hanya berlangsung singkat, yaitu 3 – 4 bulan sedang 8 – 9 bulannya kering.
Aktivitas masyarakatnya yang sebagian besar ± 80% adalah petani disesuaikan dengan ketersediaan air. Persiapan lahan berupa pembersihan dan pengolahan tanah dilakukan mulai bulan Oktober sampai dengan akhir bulan November. Penanaman dilakukan pada bulan desember tergantung curah hujan bila hujan mulai turun dan kontinue pada awal bulan desember maka mereka sudah bisa mulai menanam tapi sering juga baru mulai tanam pada awal januari dan baru panen pada bulan maret/april/mei tergantung komoditas yang diusahakan. Setelah periode waktu oktober-mei aktivitas pertanian tanaman semusim telah selesai. Bagi yang punya ternak maka aktivitas usahataninya masih berlanjut. Tapi bagi yang tidak memiliki ternak aktivitas mereka beralih. Ada dua aktivitas utama, yaitu melakukan kegiatan pengumpulan hasil hutan seperti asam, kemiri dll sedangkan aktivitas kedua adalah diluar sektor pertanian seperti buruh, tukang (kayu, batu dll), dan pekerjaan lain yang dapat mereka lakukan. Inilah gambaran aktivitas masyarakat yang tinggal di lahan kering sepanjang satu tahun. Mereka petani dan tergantung pada air.
Namun sejak tahun 2005 pola ini mulai berubah..... Datang dari ide yang sederhana bagaimana mereka bisa menyimpan air hujan yang begitu banyak sehingga mereka dapat memanfaatkannya pada musim kemarau? Untuk diketahui, walaupun waktu hujannya singkat tapi intensitas hujan sangat tinggi dan selama ini hanya terbuang sia sia mengalir ke laut sambil membawa humus dan meninggalkan erosi dan lahan yang semakin tahun semakin tidak subur.
Dari ide sederhana itu dan dipertimbangkan dengan ketersediaan dana yang minim, maka yang bisa dibuat adalah embung dari plastik (terpal). Ini alternatif paling murah yang bisa mereka lakukan. Dan ide ini mulai mereka lakukan pada musim hujan tahun 2005. Hanya bisa mereka buat 3 (tiga) embung plastik. Setelah memasuki musim kemarau, mereka mulai memanfaatkan air tersebut untuk menanam sayur2an disekitar embung plastik. Hasilnya lumayan biasanya pada musim kemarau mereka tidak bisa menanam sayur sekarang bisa. Mereka bisa mengkonsumsinya sendiri dan juga mereka jual. Ada tambahan pendapatan dan juga ada peningkatan gizi keluarga.
Ada hal yang luar biasa, mereka juga mencoba untuk memperhitungkan penggunaan air itu sehingga air itu dapat cukup sampai musim hujan berikutnya. Ini kesadaran yang luar biasa bagi mereka masyarakat sederhana dengan tingkat pendidikan yang rendah. Kenapa bisa begitu? Karena memang mereka sejak tahun 2001 telah didampingi secara ketat untuk peningkatan kapasitas mereka baik individu maupun kelembagaan sehingga kami sadari itu merupakan dampak dari kerja keras kita selama ini...... Keinginan untuk berubah, berpikir untuk dapat memanfaatkan potensi yang mereka punya, keswadayaan yang makin tinggi dan memperhatikan aspek keberlanjutan dalam tatanan aturan yang jelas serta konsisten dalam pelaksanaan aturan........ Ini hasil kerja keras kita.
Dari ide yang sederhana, dari hanya tiga embung plastik, sekarang tahun 2008 telah menjadi ribuaan embung plastik. Pemerintah kabupaten ikut tergerak melihat manfaatnya sehingga pada tahun 2007 memberikan bantuan dana sebesar Rp. 1,3 M untuk pengembangan embung plastik.
Dari Sekedar menampung/menangkap air hujan untuk dimanfaatkan pada musim kemarau berkembang menjadi konsep menjebak air untuk meningkatkan air tanah. Bagaimana? Dari embung plastik yang dibangun, dibawahnya di gali lubang lagi sehingga bila air di embung plastik penuh mengalir kedalam lubang tersebut bahkan bukan hanya satu lubang tapi bisa sampai dua lubang. Mereka yakin bahwa ini akan membantu meningkatkan ketersediaan sumber air pada mata air sumber air bersih mereka.
Bahkan yang tidak pernah diperhitungkan ataupun dibayangkan dapat terjadi. Ada kegiatan pembangunan PUSKESMAS di desa tersebut, kontraktornya membeli air dari mereka. Ini salah satu contoh dari berbagai pemanfaatan air di embung plastik ini.
Sekarang mereka punya air untuk berusaha di musim kemarau, sekarang mereka punya tambahan pendapatan, sekarang mereka dapat meningkatkan gizi keluarga dan sekarang mereka mulai dapat menatap ke hari depan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Sekali lagi.... ini bukti ..... masyarakat miskin tidak lemah.... Mereka mempunyai kekuatan yang begitu besar tapi mereka tidak sadar bahwa mereka punya itu....... Oleh karena itu pendampingan yang kuat akan membuat mereka makin berdaya..... makin yakin ...... bahwa sejahtera itu ..... dapat mereka gapai dengan kekuatan mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar