Selasa, 03 Juni 2008

Bagaimana Membangun Ekonomi Pertanian NTT .........???

Bahagian terbesar dari jumlah penduduk Nusa Tenggara Timur (NTT) hidup dan bekerja di sektor pertanian kurang lebih 80 % dan dari jumlah penduduk NTT sebesar 4.260.344 jiwa (BPS NTT, Tahun 2006) dan kurang lebih 65%-nya adalah masyarakat miskin serta mempunyai pendidikan yang rendah. Selanjutnya data lain berbicara bahwa dari 20 Kabupaten/kota di NTT 19 Kabupaten mendapatkan Program Pengembangan Daerah Tertinggal (P2DT)....... Inilah kira-kira gambaran umum kondisi faktor-faktor pembentuk dan pengelola perekonomian NTT....

Sejak NTT berdiri Tahun 1958 sampai dengan sekarang ini, sudah tidak terbilang berapa banyak dana pemerintah yang telah diinvestasikan untuk membangun perekonomian NTT. Sejak NTT berdiri entah sudah berapa banyak mangga, jeruk, jambu mente, kopi, kelapa dll ditanam mungkin saja kalau dijumlahkan luasnya tanaman-tanaman tersebut sudah di tanam di laut karena di samping program tanam menanam masih ada program pencetakan sawah, program kehutanan (Penghijauan, reboisasi, HTI, HTM, GERHAN dll), program peternakan, program transmigrasi lokal dan program-program dari instansi pemerintah lainnya yang juga menggunakan lahan/tanah sebagai basis programnya.

Tapi ironisnya ....... sampai dengan saat ini kita belum pernah mendengar ada bom produksi komoditas tersebut diatas bahkan yang ada malah masuknya buah-buah dari luar NTT bahkan buah-buah import dari luar Indonesia....... Kita belum bisa berswasembada beras dari hasil program pencetakan sawah dan dukungan-dukungan lainnya untuk upaya peningkatan produksi beras di NTT malah yang ada banyak beras-beras dengan berbagai merek yang masuk di NTT.

Sejak NTT berdiri sampai saat ini, entah sudah berapa banyak pemerintah NTT mengeluarkan dana untuk promosi (didalam dan luar negeri) dalam rangka mengundang para investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk datang menanamkan investasinya di NTT dan berapa investor yang telah membangun usaha di NTT khususnya di sektor pertanian? Kayaknya tidak ada ya? Yang ada cuman PT-PT AKAN dari dulu sampai sekarang hanya akan datang saja, akan invest saja dan akan akan yang lainnya. Kalau dana-dana promosi yang sudah digunakan tersebut dijumlahkan, maka jumlahnya sudah lebih dari cukup untuk membangun usaha pertanian berskala besar.

Kondisi lain yang dapat digambarkan seperti betapa sulitnya dan mahalnya sarana dan peralatan pertanian di NTT ini, pupuk langka dan mahal, benih-benih bermutu sulit didapat dan mahal, obat-obatan pertanian langka dan mahal, begitu pula peralatan pertanian (traktor, perontok dll) langka dan mahal juga. Kenapa...? Kata instansi teknis, karena pertanian NTT masih subsisten, usaha pertanian NTT masih skala usaha rumah tangga atau pertanian rakyat........ Itu alasan dari tahun ke tahun sampai saat ini. Padahal sejak tahun 1990 NTT sudah mulai mengembangkan program Agribisnis ...... tapi kok masih pertanian subsisten?? masih pertanian rakyat?? Memang bingung...........

Dari gambaran diatas, walaupun kelihatannya lebih banyak berbau kritik dan kelemahan saja .... tapi harus diakui bahwa sumbangan terbesar untuk pembentukan PDRB NTT adalah dari sektor pertanian kurang lebih 44,14%. Kalau kontribusi terbesar dari sektor pertanian maka seharusnya prioritas pembangunan di daerah NTT ada pada sektor pertanian dan harus di lakukan dengan cara yang berbeda karena dari gambaran diatas menunjukan pendekatan yang dilakukan selama ini kurang efektif.

Melalui tulisan ini, saya ingin memberikan salah satu alternatif pendekatan pembangunan pertanian yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat petani di NTT. Ini bukan pendekatan baru tapi merupakan pengembangan dari pola kemitraan yang selama ini sudah ada, yaitu kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

Pada pola kemitraan ini, pemerintah berfungsi sebagai penyedia modal/dana, swasta berfungsi sebagai penyedia keahlian dan manajemen sedangkan masyarakat berperan menyediakan lahan pertanian. Pola ini memberikan peran kepada pemerintah sebagai investor karena kenyataan selama ini tidak ada atau belum ada investor dari dalam atau luar negeri yang tertarik menanamkan investasinya di sektor pertanian di NTT ini. Untuk itu saya menyarankan agar untuk sementara kegiatan promosi untuk sektor pertanian ditiadakan dulu karena menjual potensi lahan ternyata kurang efektif kita harus merubah promosi kita dengan menjual hasil produksi yang unggul dan kompetitif. Swasta berperan dalam penyediaan keahlian dan manajemen karena selama ini ada beberapa pengusaha yang bergerak di bidang pertanian sudah cukup berhasil tapi untuk mengembangkan secara besar mereka membutuhkan modal tambahan. Sedangkan petani menyediakan lahan, karena selama ini persoalan lahan selalu menjadi permasalahan utama dalam setiap program pemerintah maupun swasta untuk itu alternatif yang bisa ditawarkan adalah kepemilikan saham bersama dimana masyarakat menyertakan lahannya sebagai andil masyarakat dalam usaha tersebut.

Model pengelolaannya dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : cara yang pertama, usaha ini akan terus dilakukan sepanjang waktu dengan cara pembagian saham setiap tahunnya dan atau cara yang kedua pada kurun waktu tertentu (20 tahun misalnya) usaha itu menjadi milik masyarakat namun dapat juga diserahkan untuk dikelola kembali oleh swasta namun dengan komposisi kepemilikan saham yang sudah berbeda, petani/masyarakat lebih besar. Model ini ditawarkan karena bila dilakukan dengan program pemerintah selama ini yaitu dengan pendekatan 1 (satu) tahun anggaran sangat merugikan sektor pertanian. Kenapa? Karena dalam indikator keberhasilan program pengembangan jeruk misalnya hanya pada penyerahan bibit jeruk oleh pihak penerima kerja kepada pemberi kerja. Sedangkan seharusnya indikator keberhasilan itu harus pada saat tanam itu mampu berproduksi dan produksinya sesuai dengan spesifikasi varietas komoditi tersebut dan itu baru dapat terjadi 3-4 tahun kemudian. Inilah salah faktor yang mebuat program pemerintah selalu tidak menunjukan hasilnya karena setelah penyerahan bibit dan ditanam lebih banyak yang mati daripada yang hidup dan kalau ada yang hidup ternyata varietasnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang di harapkan.

Pada model ini, petani/masyarakat dapat kembali menjadi tenaga kerja sepanjang kalau petani/masyarakat yang bersangkutan mau untuk menjadi pekerja. Disamping itu dapat diatur pola pertanamannya sehingga petani/masyarakat masih dapat menanam tanaman semusim sebagai sumber pangannya diantara tanaman inti.

Pola pengembangan usaha harus berbasis keunggulan disetiap wilayah. Misalnya Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), komoditi unggulannya Jeruk Keprok So’E. Jeruk inilah yang harus dikembangkan dalam skala besar 500 -1.000 ha bahkan lebih. Pola ini akan memberikan hasil yang banyak (multiplayer effect), antara lain :

1. Menciptakan pasar baru. Persoalan pupuk, obat, dan peralatan pertanian yang selama ini terjadi di NTT hanya oleh karena NTT bukan pasar yang menguntungkan untuk sarana produksi. Permintaan barang yang kecil/sedikit dan besarnya biaya transportasi barang membuat pengusaha saprodi pertanian tidak mau berspekulasi membuka usaha di NTT. Namun bila kita membuka usaha pertanian dalam skala besar (500 -1.000 ha misalnya) kebutuhan akan pupuk, obat2an, benih/bibit unggul, peralatan pertanian sangat tinggi. Ini akan menjadi faktor pendorong para pengusaha saprodi pertanian untuk membuka usaha di NTT dan peluang untuk terjadinya persaingan bisnis sehingga berdampak pada harga jual produk yang semakin murah akan memberikan keuntungan yang besar bagi para petani kita.

2. Mengembangkan usaha dengan skala ekonomis, akan memberikan pilihan pengembangan usaha lanjutan yang lebih besar seperti pabrik pengolahan jeruk menjadi sirup atau jeruk kaleng dan pada saat itu investor tidak ragu karena jaminan ketersediaan bahan baku sudah pasti.

3. Produksi Jeruk Keprok So’E yang tinggi akan berdampak pada pemasaran jeruk keprok So’E yang selama ini hanya di wilayah Pulau Timor saja dapat di kembangkan ke luar Pulau Timor bahkan keluar NTT bahkan bisa dieksport.

4. Keberhasilan pengembangan usaha ini akan mendorong pihak-pihak lain untuk mengembangkan usaha sejenis yang berarti akan memperluas areal penanaman jeruk Keprok So’E.

5. Berkembangnya usaha ini akan membuka lapangan kerja baru itu berarti akan membantu menurunkan angka pengangguran di daerah.

6. Petani akan mendapatkan keuntungan yang besar, tidak terjerat pola ijon lagi, sehingga pendapatan petani meningkat dan jaminan peningkatan kesejahteraan petani makin lebih besar.

7. Secara politis, Bupati/Walikota atau Gubernur yang mengembangkan pola ini akan dicintai para petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat NTT, sehingga tidak perlu kampanye lagi pasti akan dipilih pada periode berikutnya (seperti Gorontalo).

Kalau semua kabupaten/kota dapat mengindentifikasi potensi unggulannya dan mengembangkan dengan pola ini saya yakin dalam waktu 1 – 2 periode kepemimpinan Bupati/Walikota/Gubernur NTT akan menjadi salah satu provinsi yang tidak miskin dan tertinggal lagi serta akan diperhitungkan dalam kontribusi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

NTT tanpa perubahan pola pikir dan pola tindak dimana Pemerintah harus berperan menjadi penanam modal utama dan Pemerintah harus berorientasi bisnis tanpa meninggalkan fungsi pelayanannya, maka NTT tidak akan pernah berubah. NTT tetap akan miskin dan tertinggal. Perubahan ini harus segera....... segera berubah .......... jaminan peningkatan kesejahteraan masyarakat di NTT masih sangat tergantung pada pemerintahnya.

Masyarakat NTT menunggu hadirnya para pemimpin daerah yang mampun meningkatkan kesejahteraan mereka..... jangan kampanye hal-hal gratis karena itu hanya upaya pembodohan masyarakat tapi kampanyelah tentang upaya/program peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga seluruh masyarakat dapat atau mampu mengakses pendidikan berkualitas yang mahal, mampu mengakses sarana kesehatan berkualitas yang mahal dan mampu untuk mengembangkan ekonomi daerah ini menjadi lebih baik lagi bersama pemerintah. Maaf agak kampanye sedikit karena sudah bosan dan muak dengan janji-janji gombal dari para kandidat dan yang tidak pernah terbukti setelah terpilih.

1 komentar:

wahyu mengatakan...

Apa khabar pak Dodi...numpang komentar sedikit....masyarakat NTT walaupun kemajuan dibidang pertanian belum memuaskan...tetapi setidaknya masih bisa beli dari luar NTT berartikhan masih punya daya beli...kapan yah bisa makan jeruk dari dataran tinggi soe yang sejuk itu..udara dan jeruknya soegerrr tenan...jangan lupa mampir ke www.pidra-indonesia.org kontribusinya diharapkan, salam