Senin, 18 Agustus 2008

Pengembangan Jagung di NTT

Komoditas Jagung tiba-tiba menjadi sangat terkenal dan diperbincangkan banyak pihak diberbagai media di NTT. Kenapa......? Kira-kira kronologisnya diawali pada saat kampanye Cagub dan Cawagub NTT bulan Mei 2008 banyak yang menawarkan Jagung untuk menjadi komoditas andalan di NTT karena secara potensi NTT memang cocok untuk pengembangan Jagung baik di Lahan kering maupun di lahan basah. Dan setelah Paket FREN (Frans dan Esthon) menang dan dilantik menjadi Gubernur dan Waki Gubernur NTT periode 2008 – 2013 mereka langsung mencanangkan pengembangan jagung menjadi salah satu prioritas program mereka.

Sepanjang sejarah NTT, mulai dari Gubernur El Tari, Beliau telah mencanangkan program Tanam, Tanam dan sekali lagi Tanam.... Jagung juga menjadi salah satu komoditas yang diprioritaskan untuk dikembangkan. Pak El Tari walaupun seorang Militer tapi Beliau punya hobi bertani yang sangat besar karena Beliau mempunyai kebun yang cukup luas dan setiap hari sepulang dari Kantor Beliau langsung ke kebunnya .... Jagung merupakan salah satu tanaman yang ada di Kebun Beliau. Selanjutnya pada masa kepemimpinan Gubernur dr. Ben Mboi, MPH, Beliau telah mencanangkan Program Nusa Hijau dan Nusa Makmur..... Melalui program ini Jagung menjadi salah satu komoditas unggulan dan sempat diintrodusir varietas Jagung yang baru pada waktu itu yaitu Varietas Jagung Arjuna dan juga Varietas Jagung Harapan....... Dan tahun pertama pelaksanaan program ini produksi jagung meningkat sangat besar namun karena tidak tersedia pasar yang memadai sehingga produksi jagung tersebut banyak yang rusak karena varietas baru ini ternyata tidak tahan dalam penyimpanan apalagi petani belum dibekali dengan teknologi penyimpanan. Banyak petani di hampir semua kabupaten membawa hasil jagungnya ke kantor Dinas Pertanian dan meminta tanggung jawab pemerintah untuk membeli jagung tersebut. Ironisnya pada tahun kedua program ini Jagung sudah tidak diperhatikan lagi karena trauma baik ditingkat petani maupun di pemerintah sendiri. Pada masa kepemimpinan Gubernur dr. Fernandez, Gubernur Mayjen Herman Musakabe maupun Gubernur Piet A Tallo ( dua periode) Jagung sebagai komoditas unggulan lokal NTT tetap menjadi perhatian namun tidak sefokus pada jaman Pak Ben Mboi.

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir ini NTT seperti dikejutkan dan yah terpukul dengan munculnya Provinsi Baru Gorontalo langsung menggebrak dengan Program Unggulan Jagung sehingga bisa Eksport Jagung. Padahal luas Provinsi Gorotalo dan kemampuan produksi Jagungnya hanya 1/5 dari NTT. Pertanyaannya Kenapa Bisa terjadi seperti itu? Dalam kurun waktu itu juga sudah banyak kali NTT melakukan studi banding, magang dan istilah-istilah lainnya untuk pergi belajar ke Gorontalo baik itu jajaran legislatif, pemerintah, bahkan perguruan tinggi; baik dari tingkat Provinsi maupun dari kabupaten dan kota di NTT..... Bahkan beberapa kali Bupati-Bupati dari Gorontalo datang ke NTT untuk presentasi keberhasilan kerja mereka di kabupatennya. Namun bila dilihat dari data Jagung yang ada belum terlihat korelasi antara hasil belajar dan Implementasinya.

Secara pribadi saya sangat menyambut baik Program Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yang baru ini. Bahkan saya sangat mendukung bukan hanya 100 % tapi 1.000%. Pertanyaannya kenapa tulisan ini dimulai dengan rasa pesimitis tentang pelaksanaan program Jagung oleh Gubernur-Gubernur terdahulu? Ini bukan pesimistis tapi ini merupakan refleksi sekaligus evaluasi untuk bagaimana kita kedepan tidak terjebak dengan hal yang sama pada waktu yang lalu.

Pertanyaan besar yang kita hadapi adalah kenapa program-program pendahulu kita tidak berhasil? Menurut saya sebenarnya hanya bermasalah pada sistem yang kita bangun. Orientasi kita pada wkatu membangun program ini harus jelas. Apakah kita hanya berorientasi pada produksi saja? Atau apakah kita hanya akan bertumpu pada produksi yang sudah ada namun yang akan dikembangkan adalah pemasarannya? Atau kita berorientasi pada produksi dan pasar sekaligus? Orientasi ini sangat penting untuk kita menetapkan sistem yang akan kita bangun. Sebagai contoh kasus, berdasarkan data dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTT dan juga sama dengan data BPS Prov. NTT produksi kita mencapai kurang lebih 600.000 ton sedangkan kebutuhan untuk konsumsi menurut data Badan Bimas Ketahanan Pangan Prov. NTT sekitar 368.412 ton/tahun. Berarti ada surplus sebesar kurang lebih 231.000 ton/tahunnya. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. NTT ada pengeluaran jagung antar provinsi sebesar 317 ton namun juga ada pemasukan jagung dari luar NTT sebesar 67 ton. Keragaan ini menunjukan suatu kondisi manajemen jagung yang tidak jelas. Pada tahun 1996/1997 di NTT khususnya di Kabupaten Kupang (Noelbaki) pernah dikembangkan Burung Onta yang makanannya adalah Jagung. Data produksi Jagung selalu menunjukan angka surplus tapi menurut pengusaha yang bertanggung jawab untuk pasokan jagung untuk Burung Onta mereka sangat sulit mendapatkan Jagung. Di TTS menurut informasi dari Dinas Pertanian ada stock 100 Ton jagung tapi begitu pengusahanya ke TTS keliling dari desa ke desa hanya dapat 10 Ton saja. Disisi lain apabila kita tinjau dari peningkatan angka produktivitas Jagung dari tahun 1990 – 2005 kenaikannya tidak signifikan sekitar 3,2 -3,4 ton/ha. Pada tahun 1997-1998 di NTT dengan dukungan dana dari Departemen Pertanian menjadi sasaran Program Nasional Pengembangan Jagung Komposit dimana melalui Program ini diintrodusir varietas-varietas baru seperti Bisma, Kalingga dan lain lain tapi ternyata tidak berpengaruh signifikan dalam pertumbuhan produktivitas maupun produksi jagung itu sendiri. Kunci dari ini semua adalah Usahatani Jagung petani NTT masih ada dalam kategori Pertanian Rakyat belum merupakan Usaha Pertanian atau dengan kata lain Jagung di NTT ditanam bukan untuk di jual (bisnis/usaha) tapi lebih cenderung untuk di konsumsi.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka saya mengusulkan untuk program pengembangan Jagung di masa kepemimpinan Gubernur Drs. Frans Leburaya dan Wakil Gubernur Ir. Esthon Foenay, Msi perlu dilakukan penentapan orientasi yaitu produksi dan pemasaran. Untuk itu sistem yang dibangun adalah sistem pengembangan usaha Jagung. Dalam suatu rapat tentang Jagung di Bappeda Prov. NTT bulan Juli 2008 yang lalu saya pernah melontarkan pertanyaan apakah yang ingin kita jual adalah potensi jagung atau kita mau jual jagung? Melalui sistem Pengembangan Usaha Jagung ini maka sangat jelas yang ingin kita jual adalah Jagung. Jagung yang akan kita jual harus sesuai dengan permintaan pasar dalam hal kuantitatif maupun kualitas, kontinuetas penyediaan produksi per satuan waktu, dan harga yang bersaing. Melalui sistem ini kita akan membangun sentra produksi Jagung baru dalam satuan luas areal pengembangan yang ekonomis dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar. Pengelolaan Estate Jagung ini harus dilakukan secara profesional oleh orang-orang yang profesional juga. Tidak bisa usaha ini dilakukan oleh instansi/dinas teknis karena orientasi bisnisnya sangat rendah apalagi sudah terbiasa dibayar gaji sebelum kerja sehingga tidak ada pengaruh atau korelasi antara hasil kerja dan pendapatan. Intinya harus dikelola orang-orang bisnis yang sudah berhasil dalam pengembangan usaha jagung ini. Bagaimana Lahan usaha? Persoalan lahan ini merupakan persoalan klasik di NTT dan merupakan momok untuk investor dari luar NTT. Kenapa? Karena setiap ada rencana investasi disuatu wilayah, yang sebelumnya hanya semak belukar yang tidak terpelihara tiba-tiba diakui menjadi lahan milik dari pihak-pihak tertentu bahkan ada juga lahan milik keluarga (komunal) dan biasanya diklaim dengan harga jual yang tinggi dan kadang-kadang atau mungkin sering setelah dijual oleh satu pihak terus diklaim bahwa belum mendapat persetujuan dari keluarga besar. Akhirnya banyak investor yang mundur oleh karena persoalan lahan saja. Untuk itu saya tawarkan pada tahap awal ini lebih fokus pada lahan-lahan milik pemerintah baik itu pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten. Selanjutnya dapat juga dikembangkan strategi lahan sebagai pernyataan modal dari pihak masyarakat setempat sehingga nantinya mereka akan mendapatkan saham dari usaha tersebut. Bagaimana dengan Modal? Saya menyarankan untuk tahap awal ini modal bersumber dari Pemerintah. Kenapa? Kenyataan menunjukan bahwa sekian lama Pemerintah NTT (Provinsi dan Kabupaten) melakukan promosi dengan berbagai cara tapi hasilnya investor yang masuk dan menanamkan investasinya di NTT berapa banyak? Apalagi di bidang pertanian, berapa? Untuk itu sebagai perangsang ditahap awal modal disediakan oleh pemerintah caranya, kurangi anggaran untuk proyek-proyek pada dinas-dinas teknis. Cara ini pasti bisa hanya tergantung bagaimana political will dari semua pihak untuk mendukung pengembangan program ini. Terus apa peran dari para pengusaha? Peran dari mereka adalah pengembangan manajemen usaha dan skill (ketrampilan teknis) dalam pengembangan jagung yang profesional. Tiga (3) kekuatan ini pemerintah, pengusaha dan masyarakat bila digabung dalam suatu manajemen yang profesional saya yakin akan menjadi suatu kekuatan baru bagi upaya pengembangan ekonomi di NTT.

Saya yakin, melalui penerapan model pengembangan ini, kita akan mulai dengan apa yang disebut dengan membangun agribisnis di NTT dan saya juga sangat yakin bahwa model ini pasti sukses. Kenapa? Karena kita bangun mulai dari subsitem produksi sehingga jaminan akan ketersediaan produksi sangat pasti baik dari aspek kuantitas maupun aspek kualitas. Ini salah satu modal kita. Usaha yang dilakukan dalam ukuran yang ekonomis biasanya dapat memberikan daya saing karena biaya input produksi terkontrol dan efiesien sehingga output produksi dapat dijual dengan harga yang sangat bersaing. Kalau untuk permintaan pasar jagung jangan dikuatirkan karena sampai dengan saat ini saja Indonesia masih mengimport jagung dari luar negeri. Belum lagi bila didiversifikasi untuk kebutuhan lain seperti pakan ternak, tepung jagung, bahkan kedepan untuk pengembangan biofuel sehingga tidak perlu kuatir. Terus apa dampaknya? Saya pikir masih segar dalam ingatan dan penglihatan kita bagaimana usaha pembangunan RUKO di Kupang maupun di kabupaten yang sekarang ini sangat menjamur. Budaya pengusaha kita masih pada tatanan ikut-ikutan jadi bila ada usaha yang berhasil pasti akan muncul usaha-usaha sejenis pada waktu mendatang. Bila usaha ini tumbuh pasti ekonomi NTT pun akan tumbuh.

Berkaitan dengan sistem pengembangan usaha ini, maka pasti akan ada pertanyaan terus bagaimana dengan nasib usaha jagung rakyat? Nah sistem ini dibuat pada tahap awal hanya untuk menjaga atau menjamin ketersediaan dan kontinuitas produksi saja tapi sebenarnya juga diharapkan sistem ini akan menjadi rangsangan atau motivasi bagi para petani jagung sehingga kedepan bila masyarakat telah mampu mengembangkan usaha jagungnya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya setahun dan mampu memproduksi lebih maka kelebihan produksi jagungnya harus ditampung oleh estate jagung tersebut. Dengan pola kemitraan ini maka kedepan kapasitas produksi dari estate jagung ini akan makin meningkat tanpa perlu perluasan areal tanam.

Ini merupakan salah satu bukti bahwa saya mendukung program Pak Gubernur dan Pak Wakil Gubernur NTT. Mudah-mudahan sistem ini dapat diuji coba untuk dapat dikembangkan lebih luas lagi. Saya akui bahwa usulan ini masih sangat jauh dari aspek teknis karena saya berasumsi apabila kita sudah menentukan besaran areal pengembangan maka kita dapat menghitung secara riil teknis berbagai kebutuhan dan juga membagi peran yang lebih rinci dan riil dari semua unsur yang terkait dalam pelaksanaan program ini.

Besar harapan saya melalui pengembangan komoditas jagung di NTT dan juga Program Anggur Merah dari Pak Gubernur dan Pak Wakil Gubernur NTT periode 2008 – 2013 bila dilakukan dengan penuh tanggung jawab, merubah pola dan perilaku para penyelenggara pemerintah terutama para pelaksana di tingkat lapangan sehingga benar-benar berpihak pada masyarakat bukan hanya slogan saja saya yakin dan sangat yakin NTT baru akan menjadi kenyataan. Tidak ada lagi kemiskinan, tidak ada lagi kelaparan, tidak ada lagi tuntutan sekolah gratis, tidak ada lagi tuntutan kesehatan gratis dan tidak ada lagi keluhan tentang pemasaran. Jaya NTT ku Sejahtera Masyarakat NTT ku. Kata-kata bijak mengatakan Mujizat dapat terjadi apabila ada gerakan di hati. Hati yang penuh dengan kepedulian akan menghasilkan Mujizat-Mujizat yang luar biasa. Tidak ada yang tidak mungkin yang ada hanya apakah kita mau untuk memulainya atau tidak sama sekali.

Tidak ada komentar: